SUBITU, UMKM Papua Shifting dari Red Ocean Menuju Blue Ocean Strategy

SUBITU, merek Kaos Asli Papua yang yang berbasis di Teluk Bintuni mencoba merubah cara pandang bisnis yang berada di area Red Ocean (tingkat persaingan terbuka dan sangat tinggi) menuju perubahan dengan menerapkan Blue Ocean Strategy yang lebih menitik beratkan pada penciptaan pasar (market creating strategy). Upaya internal tersebut sebagai strategi eksekusi perluasan pasar di Papua secara keseluruhan. Saat ini SUBITU memiliki simpul kantor di Kota Sorong dan Manokwari Papua Barat.

Perusahaan clothing dengan basis produksi di Bintuni ini memiliki value proposisi kepada pengembangan bisnis dan manusia. Usaha yang dijalankan (business development) tentunya selaras dengan benefit kepada manusia (people development) terkhusus pada masyarakat asli Papua secara umum dan tujuh suku di Teluk Bintuni pada khususnya. Hal ini bisa dilihat pada keterlibatan masyarakat asli (indigenous people) baik sebagai karyawan, management atau direksi kedepannya.

Secara umum SUBITU menawarkan produk clothing mulai dari casual tshirt, custom maupun order, pakaian seragam, jersey dan aksesoris apparel lainnya. Selain produk regular, SUBITU melakukan inovasi penciptaan varian produk didorong oleh pasar maupun pengembangan internal melalui design-design yang mengangkat potensi lokal seperti pariwisata, sosial, budaya dan kehidupan khas Papua khususnya jenis produk retail. Untuk segment custom order design ditentukan oleh konsumen seperti perusahaan atau instansi. Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat profil dan Online Storenya di website Subitu Kreasi Busana.

Noken Papua - Bentuk Shifting Penciptaan Pasar dalam Strategi Blue Ocean

Noken adalah khas Papua, jumlah terbatas karena produksi terbatas sehingga harga tidak murah. Tidak semua bisa membeli dan memilikinya, apalagi untuk menggunakannya sehari-hari tidak semua orang terbiasa. Namun banyak yang tertarik untuk menggunakan, memiliki atau memakainya, dari berbagai kalangan sehingga dibeberapa tempat di Papua dijuaal Noken sebagai souvenir atau oleh-oleh khas dari Papua. Dari ide tersebut maka SUBITU, khususnya dari mentor sablon berkreasi mengaplikasikannya dalam design kaos. Design yang sederhana dengan visualisasi yang menarik namun cerdas seperti kita memakai noken asli kemanapun. Berikut gambarnya.



T-shirt dijual secara retail dan terbatas, ternyata responnya luar biasa. Awalnya hanya masyarakat Teluk Bintuni yang membelinya namun hingga saat ini sudah menyebar ke Papua Barat. Toko SUBITU di Sorong sudah menjual dan berkali-kali produksi ulang, kemudian juga pasar Manokwari, Fakfak hingga ke Jakarta. 

Berkembang dari penjualan retail, ternyata beberapa instansi seperti kantor pemerintah, perusahaan swasta dan komunitas memesan khusus untuk tujuan tertentu. Artinya ada kebutuhan custom made order yang tinggi secara formal yang ingin menggunakan dan menampilkan ikon tas Noken Papua dalam bentuk yang lain. Dari perkembangan customer inilah konteks penciptaan pasar terjadi. Eksekusi secara langsung yang dibarengi dengan strategi lapangan menghasilkan market baru, dimana menjadi keunggulan SUBITU khususnya di Papua untuk produk t-shirt atau pakaian motif Noken. 

Proses internal shifting ini juga melekat pada perubahan kapasitas SDM internal SUBITU dimana mereka terlibat dan menyadari bahwa potensi, keunikan, kearifan lokal memiliki nilai tambah yang tinggi. Perubahan kepada posisi perusahaan secara perlahan mengarah pada value yang tinggi dengan biaya yang rendah. Dibawah ini kita bisa lihat beberapaa komunitas seperti perusahaan di Papua, Jakarta dan juga salah satu band dari Teluk Bintuni The Legend ikut menikmati value khas lokal melalui produk tshirt.













Dampak ekonomi dan sosial akan inovasi ini selain kepada SUBITU sebagai perusahaan dan karyawan tentunya juga pengrajin Noken lainnya diseluruh Papua. Konsumen akan tergerak untuk mengetahui hingga membeli Noken asli yang terbuat dari serat kayu tersebut dan tentu saja mendorong promosi/branding Papua lebih positif dan produktif terkait nilai-nilai budaya, keunikan dan kearifan lokal yang berdampak pada ekonomi produktif dan pemberdayaan. Harapannya ikon Noken ini bisa menjadi simbol lainnya dari tanah Papua dalam berbagai event baik sosial, budaya, pariwisata, alih-alih ikon resmi. Hal ini selaras dengan upaya pelestarian Noken yang sudah terdaftar sebagai warisan budaya (heritage) di UNESCO sejak 2012 lalu.

Sekali lagi, SUBITU sebagaai pelopor dan pencipta pasar baru dalam inovasi design Noken dalam bentuk busana (clothing) tentunya patut diapresiasi. Ayo konsumsi atau beli produk-produk asli dalam negeri, Kaos Asli papua. Jika bukan kita siapa lagi. Bravo SUBITU, Bravo Papua, Bravo Noken.

Cek juga secara langsung Instagram profil SUBITU atau ONLINE 




Berdasarkan Wikipedia:
Noken yaitu tas tradisional masyarakat Papua yang dibawa dengan menggunakan kepala dan terbuat dari serat kulit kayu. Sama dengan tas pada umumnya tas ini digunakan untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari.
Masyarakat Papua biasanya menggunakannya untuk membawa hasil-hasil pertanian seperti sayuran, umbi-umbian dan juga untuk membawa barang-barang dagangan ke pasar. Karena keunikannya yang dibawa dengan kepala, noken ini di daftarkan ke UNESCO sebagai salah satu hasil karya tradisional dan warisan kebudayaan dunia dan pada 4 desember 2012 ini, noken khas masyarakat Papua ditetapkan sebagai warisan kebudayaan tak benda UNESCO.
"Pengakuan UNESCO ini akan mendorong upaya melindungi dan mengembangkan warisan budaya Noken, yang dimiliki oleh lebih dari 250 suku bangsa di Provinsi Papua dan Papua Barat,"
Filosofi Noken
Tas Noken ini sendiri asli buatan mama-mama di Papua. Tas tradisional Noken memiliki simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat di tanah Papua terutama kebanyakan di daerah Pegunungan Tengah Papua seperti suku Mee/EkariDamalSuku YaliDaniSuku Lani dan Bauzi.
Yang menarik dari Noken ini adalah hanya orang Papua saja yang boleh membuat Noken. Para wanita di Papua sejak kecil sudah harus belajar untuk membuat noken, karena membuat Noken dari dulu hingga saat ini dapat melambangkan kedewasaan si perempuan itu. Karena jika perempuan papua belum bisa membuat Noken dia tidak dianggap dewasa dan itu merupakan syarat untuk menikah. Noken dibuat karena suku-suku di Papua membutuhkan wadah yang dapat memindahkan barang ke tempat yang lain.
Noken terbuat dari bahan baku kayu pohon Manduam, pohon Nawa atau Anggrek hutan dan masih banyak lagi jenis pohon yang umum digunakan. Masyarakat Papua biasanya menggunakan Noken untuk bermacam kegiatan, Noken yang berukuran besar (disebut Yatoo) dipakai untuk membawa barang seperti kayu bakar, tanaman hasil panen, barang-barang belanjaan, atau bahkan digunakan untuk menggendong anak. yang berukuran sedang (disebut Gapagoo) digunakan untuk membawa barang-barang belanjaan dalam jumlah sedang, dan yang berukuran kecil (disebut mitutee) digunakan untuk membawa barang-barang pribadi. Keunikan Noken juga difungsikan sebagai hadiah kenang-kenangan untuk tamu yang biasanya baru pertama kali menginjakkan kaki di bumi Papua dan dipakai dalam upacara.

Comments